Senin, 17 Desember 2012

sang garuda menutup sayapnya


SANG GARUDA MENUTUP SAYAPNYA
Aku enggan membuka sayap ini.
Di saat  manusia mengabaikan pandangan mereka terhadap bintangku ini.
Indonesia bagaikan bintang yang sama cemerlangnya pada tubuh ini saat bangsa lain melihat.
Pada nyatanya, itu adalah sinar bintang yang semu belaka.
Kini sinar itu mulai redup.
Meninggalkan bekas noda yang sulit untuk aku bersihkan.

Di saat rantai emas yang kini menjadi besi.
 Yang menjadi besi akhirnya berkarat.
Menjadikan rantai itu putus berserakan.
Aku tidak akan bisa menyambung rantai itu sendiri tanpa ada manusia yang peduli.
Dan nyatanya memang tidak ada yang peduli.
Lalu aku berfikir apakah manusia kini saling terputus berserakan seperti rantaiku?

Aku sangat gerah dan panas tersengat sinar ego manusia.
Aku kini tidak memiliki tempat bernaung yang hijau.
Karena pohon beringinku terbakar.
Yang kini mulai retak batangnya.
Yang kini mulai tumbang akarnya.
Lantas di mana aku dan manusia ini dapat bernaung?

Aku enggan membuka sayapku.
Di saat temanku, si banteng yang bertanduk runcing dan gagah.
Kini tak segagah biasanya.
Kini dia lebih sering merunduk dan berjalan lambat.
Karena tidak ada yang memelihara dan merawatnya.
Saat paruhku yang runcing ini berusaha untuk memanggil sesosok manusia indonesia yang berkepribadian luhur,  tegas, dan jujur, mungkin dapat mengembalikan kepribadian sang banteng dan jati diriku.

Kini aku merasa sangat teriris.
Melihat perbedaan rakyat indonesia yang sangat berbeda.
Aku dapat melihat para butiran padi dan untaian kapas yang berlari manujju rumah berlapis emas.
Namun, para penghuni rumah bambu yang sudah susah payah bertani keduanya jarang dan bahkan tidak sama sekali memiliki padi untuk dimakan dan kapas untuk dijadikan pakaian yang sepantas dan seindah para penghuni rumah berlapis emas.

Inilah jati diriku setelah merdeka.
Yng semakin merdeka, malah semakin tertutup sayap ini malah makin erat saja.
Curahan hatiku adalah kondisiku kini.
Entah didengar, dilihat, atau dirasakan semua tergantung pada rakyat indonesia sendiri.
Nasibku tergantung kepada mereka semua.
Agar aku dapat membuka sayabku kembali dan terbang mengelilingi dirgantara indonesia.
Namun, aku masih enggan membuka sayapku.(by maDTxiiIPS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar